Kamis, 08 Oktober 2020

KONFLIK KEPENTINGAN SELESAI DENGAN IKUTI MAUNYA ALLAH

#KONFLIK KEPENTINGAN SELESAI DENGAN IKUTI MAUNYA ALLAH
Oleh: KH Hafidz Abdurrahman

Mengapa ada konflik kepentingan? Karena setiap manusia hidup mempunyai kepentingan. Celakanya, dia yang harus membuat aturan untuk mengatur kepentingannya sendiri. Dia pula yang menjalankan, dan bahkan mengadili ketika ada sengketa

Ketika tiga pilar, legislasi, eksekusi dan judikasi digenggam satu orang, maka konflik kepentingan itu sangat kuat. Itu kata Lord Acton. Karena itu, Montesque mengusulkan supaya ketiga kekuasaan itu dipisahkan saja. Muncullah konsep Trias Politica. Akhirnya lahir Demokrasi yang menjalankan konsep Montesque. Nyatanya, tetap saja. Korup. Jadi di mana masalahnya?

Masalahnya sebenarnya ada pada satu titik. Siapa yang membuat hukum? Di tangan siapa kedaulatan? Islam menetapkan, kita hanya boleh tunduk kepada Allah dan hukumnya. Bukan kepentingan kita maupun orang lain. Karena itu, tidak ada konflik kepentingan, karena semua mengikuti "maunya" Allah. Allah Maha Tahu apa yang telah, sedang dan yang akan datang

Dari sini, Islam membangun kedaulatannya bukan di tangan manusia, tapi di tangan Allah. Karena itu, semua tunduk kepada Allah. Mulai dari kepala negara, kepala daerah, semua pejabat, dan rakyat, tunduk kepada Allah

Pada saat yang sama, kekuasaan di tangan umat. Posisi umat harus tetap kuat, karena umat sebagai kontrol kekuasaan. Sebaliknya, seluruh aparatur negara menjalankan amanahnya melayani kepentingan manusia, tanpa melihat, agama, suku, kelamin dan usia. Semua dilayani dengan sama, sebagai manusia yang harus dipenuhi haknya

Mengapa? Karena itu perintah Allah. Mereka harus adil seadil-adilnya. Karena kalau dzalim, mereka dituntut, baik di dunia maupun di akhirat. Diadili dan dihukum dengan hukum Allah

Coba, Utsman minta diqishash budaknya. Minta dijewer telinganya, karena pernah menjewer telinga budaknya. Setelah dieksekusi, dia katakan, alhamdulillah sudah bebas dari qishah di akhirat

Umar selalu ingat, kalau pernah melakukan "kesalahan kecil" kepada rakyatnya. Tak hanya minta maaf, bahkan memberinya hadiah. Meski rakyatnya sudah maafkan dan melupakannya

Tak ada konflik kepentingan. Di situlah, keadilan tegak. Hanya satu jalan, dengan Islam.