Jumat, 15 Maret 2013

Keistimewaan Air Zam-Zam

[D'Rise-#018] Salah satu ‘oleh-oleh’ yang banyak diminta dari mereka yang pergi haji adalah air zam-zam. Air yang cuman ada di Mekkah ini jadi buah tangan khas jamaah haji dengan keistimewaan tersendiri. Mulai dari rasanya, khasiatnya, hingga asal muasalnya.
Sejarah Asal-Usul Air Zam-Zam
Ketika tiba di suatu lembah sunyi, kering dan tak berpenghuni, Ibrahim Alaihissalam meninggalkan istrinya, Hajar beserta sang putra beliau Ismail yang saat itu masih menyusu. Ditinggalkan pula sebuah periuk berisi korma dan tempat minum yang berisi air. Hajar tinggal hingga perbekalan habis. Beserta putranya, beliau mulai merasakan kehausan. Beliau berlari-lari menuju bukit Shafa untuk melihat, apakah ada orang di sekitarnya. Ternyata, setelah tiba di tempat itu, tidak ada siapa pun yang terlihat. Akhirnya Hajar mencoba menuju Marwah untuk tujuan yang sama, namun apa yang diharapkan tidak diperoleh, hingga beliau berlari-lari kecil bolak-balik antara Shafa-Marwa hingga tujuh kali (yang kemudian menjadi salah satu rukun ibadah haji yang dikenal dengan sa’i), dengan hasil yang sama. Saat itulah malaikat turun di tempat dimana Ismail ditinggalkan. Di tempat itulah akhirnya air mamancar. Hingga malaikat itu mengatakan kepada Hajar,”Janganlah khawatir disia-siakan. Sesungguhnya di tempat inilah Baitullah yang akan dibangun oleh anak ini dan ayahnya.” Itulah kisah yang termaktub dalam Shahih Al Bukhari mengenai asal usul mata air yang disebut dengan Zamzam ini.

Keistimewaan Air Zam-Zam

1. Tak pernah kering.
Mulai dari zamannya Nabi Ibrahim as, hingga hari ini nggak ada ceritanya Sumur air zam-zam kering alias kehabisan stok. Padahal setiap musim haji, jutaan liter air zam-zam dikonsumi oleh jemaah haji dan sebagian dibawa sebagai oleh-oleh saat pulang ke negeri asalnya. Udah gitu, sumber air zam-zam juga cuman berasal dari sumur kecil berukuran sekitar 5 x 4 meter sedalam 40an meter yang terletak di tengah padang pasir yang kering yang hujannya cuman 2 kali setahun!
2. Sebagai Obat
Diriwayatkan dalam Sahih Muslim, Nabi bertanya kepada Abu Dzarr, yang telah tinggal selama 30 hari siang malam di sekitar Ka’bah tanpa makan-minum, selain Zamzam. “Siapa yang telah memberimu makan?”. “Saya tidak punya apa-apa kecuali air Zamzam ini, tapi saya bisa gemuk dengan adanya gumpalan lemak di perutku” Abu Dzarr menjelaskan, “Saya juga tidak merasa lelah atau lemah karena lapar, dan tak menjadi kurus”. Tambah Abu Dzarr. Lalu Nabi saw menjelaskan: ”Sesungguhnya, Zamzam ini air yang sangat diberkahi, ia adalah makanan yang mengandung gizi”.
Nabi saw menambahkan: “Air zamzam bermanfaat untuk apa saja yang diniatkan ketika meminumnya. Jika engkau minum dengan maksud agar sembuh dari penyakitmu, maka Allah menyembuhkannya. Jika engkau minum dengan maksud supaya merasa kenyang, maka Allah mengenyangkan engkau. Jika engkau meminumnya agar hilang rasa hausmu, maka Allah akan menghilangkan dahagamu itu. Ia adalah air tekanan tumit Jibril, minuman dari Allah untuk Ismail”. (HR Daruqutni, Ahmad, Ibnu Majah, dari Ibnu Abbas).
3. Kaya Akan Nutrisi
Hasil penelitian sampel air di Eropa dan Saudi Arabia menunjukkan bahwa air Zamzam mengandung zat fluorida yang punya daya efektif membunuh kuman, layaknya seperti sudah mengandung obat. Lalu perbedaan air Zamzam dibandingkan dengan air sumur lain di kota Mekah dan Arab sekitarnya adalah dalam hal kuantitas kalsium dan garam magnesium. Kandungan kedua mineral itu sedikit lebih banyak pada air zamzam. Itu mungkin sebabnya air zamzam membuat efek menyegarkan bagi jamaah yang kelelahan. Keistimewaan lain, komposisi dan rasa kandungan garamnya selalu stabil, selalu sama dari sejak terbentuknya sumur ini. “Rasanya” selalu terjaga, diakui oleh semua jemaah haji dan umrah yang selalu datang tiap tahun.
Driser, kalo ada kerabat atau tetangga yang pergi naik haji, jangan lupa deh minta air zam-zamnya. Terus minum deh dengan menghadap kiblat, baca basmallah, dan niatkan agar segala penyakit dalam diri kita sembuh. Air zam-zam emang subhanallah yaa....sesuatu banget![Ridwan]
BOX

Upaya Menjauhkan Umat Islam dari Zamzam

Khalid bin Abdullah Al Qasri, penguasa Makkah pada tahun 89 H mencoba membuat sumur di luar Makkah, agar para jama’ah meninggalkan sumur Zamzam yang penuh berkah itu. Namun upaya yang dilakukan seorang yang suka mencela Ali bin Abi Thalib ini gagal, karena umat Islam tetap berbondong-bondong menuju sumber Zamzam. Dan tak mengiraukan seruan Khalid. Hingga akhirnya, sumur tersebut ditimbun dan tak berbekas (lihat, Raudhah Al Anf,1/170)
Pada tahun 1304 H, Konsulat Inggris yang berkedudukan di Jeddah mengeluarkan penyataan bahwa air Zamzam banyak dicemari kuman-kuman berbahaya, dan mengandung kolera. Kabar itu pun akhirnya sampai di telinga Khalifah Utsmaniyah, Abdul Hamid II. Akhirnya beliau memutuskan untuk mengirim beberapa dokter Muslim ke Makkah untuk membuktikan pernyataan miring tersebut. Hasilnya, setelah diteliti, air Zamzam tetap air yang terbaik. Setelah itu pihak Utsmani mengeluarkan pernyataan untuk menyanggah klaim pihak penjajah itu. (Fadha`il Ma` Zamzam, hal. 161-163)[Ridwan]

Tidak ada komentar: