[D'Rise-#018] Salah satu ‘oleh-oleh’ yang banyak diminta dari mereka yang pergi haji adalah air zam-zam.
Air yang cuman ada di Mekkah ini jadi buah tangan khas jamaah haji
dengan keistimewaan tersendiri. Mulai dari rasanya, khasiatnya, hingga
asal muasalnya.
Ketika tiba di suatu lembah sunyi, kering dan tak berpenghuni,
Ibrahim Alaihissalam meninggalkan istrinya, Hajar beserta sang putra
beliau Ismail yang saat itu masih menyusu. Ditinggalkan pula sebuah
periuk berisi korma dan tempat minum yang berisi air. Hajar tinggal
hingga perbekalan habis. Beserta putranya, beliau mulai merasakan
kehausan. Beliau berlari-lari menuju bukit Shafa untuk melihat, apakah
ada orang di sekitarnya. Ternyata, setelah tiba di tempat itu, tidak ada
siapa pun yang terlihat. Akhirnya Hajar mencoba menuju Marwah untuk
tujuan yang sama, namun apa yang diharapkan tidak diperoleh, hingga
beliau berlari-lari kecil bolak-balik antara Shafa-Marwa hingga tujuh
kali (yang kemudian menjadi salah satu rukun ibadah haji yang dikenal
dengan sa’i), dengan hasil yang sama. Saat itulah malaikat turun di
tempat dimana Ismail ditinggalkan. Di tempat itulah akhirnya air
mamancar. Hingga malaikat itu mengatakan kepada Hajar,”Janganlah
khawatir disia-siakan. Sesungguhnya di tempat inilah Baitullah yang akan
dibangun oleh anak ini dan ayahnya.” Itulah kisah yang termaktub dalam
Shahih Al Bukhari mengenai asal usul mata air yang disebut dengan Zamzam ini.
Keistimewaan Air Zam-Zam
1. Tak pernah kering.
Mulai dari zamannya Nabi Ibrahim as, hingga hari ini nggak ada ceritanya Sumur air zam-zam
kering alias kehabisan stok. Padahal setiap musim haji, jutaan liter
air zam-zam dikonsumi oleh jemaah haji dan sebagian dibawa sebagai
oleh-oleh saat pulang ke negeri asalnya. Udah gitu, sumber air zam-zam
juga cuman berasal dari sumur kecil berukuran sekitar 5 x 4 meter
sedalam 40an meter yang terletak di tengah padang pasir yang kering yang
hujannya cuman 2 kali setahun!
2. Sebagai Obat
Diriwayatkan dalam Sahih Muslim, Nabi bertanya kepada Abu Dzarr, yang
telah tinggal selama 30 hari siang malam di sekitar Ka’bah tanpa
makan-minum, selain Zamzam. “Siapa yang telah memberimu makan?”. “Saya
tidak punya apa-apa kecuali air Zamzam ini, tapi saya bisa gemuk dengan
adanya gumpalan lemak di perutku” Abu Dzarr menjelaskan, “Saya juga
tidak merasa lelah atau lemah karena lapar, dan tak menjadi kurus”.
Tambah Abu Dzarr. Lalu Nabi saw menjelaskan: ”Sesungguhnya, Zamzam ini air yang sangat diberkahi, ia adalah makanan yang mengandung gizi”.
Nabi saw menambahkan: “Air zamzam bermanfaat untuk apa saja
yang diniatkan ketika meminumnya. Jika engkau minum dengan maksud agar
sembuh dari penyakitmu, maka Allah menyembuhkannya. Jika engkau minum
dengan maksud supaya merasa kenyang, maka Allah mengenyangkan engkau.
Jika engkau meminumnya agar hilang rasa hausmu, maka Allah akan
menghilangkan dahagamu itu. Ia adalah air tekanan tumit Jibril, minuman
dari Allah untuk Ismail”. (HR Daruqutni, Ahmad, Ibnu Majah, dari Ibnu Abbas).
3. Kaya Akan Nutrisi
Hasil penelitian sampel air di Eropa dan Saudi Arabia menunjukkan bahwa air Zamzam
mengandung zat fluorida yang punya daya efektif membunuh kuman,
layaknya seperti sudah mengandung obat. Lalu perbedaan air Zamzam
dibandingkan dengan air sumur lain di kota Mekah dan Arab sekitarnya
adalah dalam hal kuantitas kalsium dan garam magnesium. Kandungan kedua
mineral itu sedikit lebih banyak pada air zamzam. Itu mungkin sebabnya
air zamzam membuat efek menyegarkan bagi jamaah yang kelelahan.
Keistimewaan lain, komposisi dan rasa kandungan garamnya selalu stabil,
selalu sama dari sejak terbentuknya sumur ini. “Rasanya” selalu terjaga,
diakui oleh semua jemaah haji dan umrah yang selalu datang tiap tahun.
Driser, kalo ada kerabat atau tetangga yang pergi naik haji, jangan
lupa deh minta air zam-zamnya. Terus minum deh dengan menghadap kiblat,
baca basmallah, dan niatkan agar segala penyakit dalam diri kita sembuh.
Air zam-zam emang subhanallah yaa....sesuatu banget![Ridwan]
BOX
Upaya Menjauhkan Umat Islam dari Zamzam
Khalid bin Abdullah Al Qasri, penguasa Makkah pada tahun 89 H mencoba
membuat sumur di luar Makkah, agar para jama’ah meninggalkan sumur
Zamzam yang penuh berkah itu. Namun upaya yang dilakukan seorang yang
suka mencela Ali bin Abi Thalib ini gagal, karena umat Islam tetap
berbondong-bondong menuju sumber Zamzam. Dan tak mengiraukan seruan
Khalid. Hingga akhirnya, sumur tersebut ditimbun dan tak berbekas
(lihat, Raudhah Al Anf,1/170)
Pada tahun 1304 H, Konsulat Inggris yang berkedudukan di Jeddah
mengeluarkan penyataan bahwa air Zamzam banyak dicemari kuman-kuman
berbahaya, dan mengandung kolera. Kabar itu pun akhirnya sampai di
telinga Khalifah Utsmaniyah, Abdul Hamid II. Akhirnya beliau memutuskan
untuk mengirim beberapa dokter Muslim ke Makkah untuk membuktikan
pernyataan miring tersebut. Hasilnya, setelah diteliti, air Zamzam tetap
air yang terbaik. Setelah itu pihak Utsmani mengeluarkan pernyataan
untuk menyanggah klaim pihak penjajah itu. (Fadha`il Ma` Zamzam, hal.
161-163)[Ridwan]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar