REVOLUSI SYAM: SATU UMAT, SATU BENDERA, SATU PEPERANGAN
GM,
suriah
7:23 AM
Oleh: Hafidz Abdurrahman
“Ma lana ghairaka ya Allah” (Kami tidak mempunyai siapa-siapa ya Allah,
kecuali Engkau) – Jeritan Umat Islam Suriah
Reaksi Setelah 43 Tahun Ditindas
Kaum Muslim di Suriah sudah lama hidup
dalam penindasan dan penderitaan di bawah rezim Kufur Assad, pengikut
Syiah Nushairiyyah (Alawiyyah) yang menjadikan Sayyidina ‘Ali sebagai
tuhan mereka. Sekte sesat ini telah menghalalkan zina dan kehormatan wanita, serta darah kaum Muslim. Lebih
dari 43 tahun, sejak Hafidz Assad berkuasa di sana tahun 1970, hingga
tahun 2011 yang lalu umat Islam di sana tidak bisa menjalankan Islam
dengan leluasa. Sebagaimana kaum Muslim yang hidup di Asia Tengah, saat masih berada di bawah cengkraman Uni Soviet yang Komunis. Iya, itu karena Assad adalah juga pemimpin Partai Ba’ats, yang berhaluan Sosialis. Ini belum lagi jumlah korban kebiadaban rezim Kufur ini. Mulai dari ulama’, tokoh politik, aktivis hingga kaum perempuan, orang tua dan anak-anak yang sudah tidak terhitung jumlahnya.
Politik bumi hangus, “al-Asad au nahriqu
al-bilad” (mendukung Asad atau kami bumihanguskan negeri ini) yang
didengungkan oleh Assad saat ini, sebenarnya bukanlah kebijakan baru. Karena,
jauh sebelum Bashar dan gengternya, Shabihah, mendengungkan itu, sang
bapak telah melakukannya saat membumihanguskan Ikhwanul Muslimin Suriah
dan para pengikut Said Hawa. Terakhir,
Lakhdar Brahimi, Utusan Khusus PBB untuk Suriah, juga menyatakan
kebijakan yang sama (Russia Today, 22/2/2013), “Mufawadhah ma’a al-Asad
au nahriqu al-bilad” (Berunding/berdamai [dengan Assad] atau kami bumi
hanguskan negeri ini). Ini membuktikan, bahwa kebijakan ini bukanlah kebijakan Assad, tetapi kebijakan yang diadopsi oleh Amerika. Karena Assad, baik bapak maupun anak, adalah antek Amerika. Lakhdar Brahimi juga merupakan kepanjangan tangan Amerika, dengan kedok Utusan Khusus PBB untuk Suriah.
Sejak Revolusi Islam meletus 2 tahun
lalu, dan kini memasuki tahun ke-3, para pejuang Islam di sana telah
meraih kemenangan demi kemenangan. Bahkan, minggu lalu, mereka telah sampai di istana Bashar, dan berhasil menduduki istana di Raif Damaskus. Sebelumnya, pangkalan militer dan gudang alutsista juga berhasil dikuasai oleh para pejuang Islam ini. Hingga kini, hampir 90 persen wilayah Suriah telah mereka kuasai. Bashar
pun sudah sangat-sangat terjepit, andai bukan karena ditopang oleh
Amerika, Rusia dan Cina yang terus-menerus mensupportnya, niscaya
kekuasaannya sudah tidak lagi tersisa.
Skenario Amerika
Amerika memang belum mengerahkan
pasukannya ke Suriah, tetapi Amerikalah yang membuka jalan bagi Rusia
untuk memainkan peranannya. Juli 2012 yang lalu, kapal perang Rusia dibiarkan oleh Amerika melakukan konvoi di perarian Suriah (Kompas, 13/7/2012). Ditambah lagi, Rusia juga telah mengirimkan kapal induknya, Kuznetsov ke Suriah (Siberian Light, 29/11/2011). Bahkan,
menurut Global Security, kapal selam kelas Sierra II berukuran panjang
110,5-112,7 meter dengan lebar lambung 11,2-12,3 meter milik AL Rusia
juga dideteksi telah masuk wilayah perairan Suriah (CNN, 7/11/2012).
Kapal induk AS, USS Eisenhower dilaporkan sudah merapat di perairan Suriah, di Laut Mediterania. Kapal perang AS itu membawa delapan skuadron jet tempur pembom dan 8.000
prajurit. Jangkar kapal induk USS Eisenhower itu saat ini sudah
ditancapkan di lepas pantai Suriah, bergabung dengan kapal perang USS
Iwo Jima yang membawa 2.500
pasukan dengan perlengkapan perang penuh.Pengiriman kapal Induk AS ini
menyusul keputusan NATO, pada hari Selasa (4/12/2012) untuk menyebarkan
sistem rudal Patriot di sepanjang perbatasan Turki dengan Suriah (Islam
Times, 6/12/2012).
Di dalam Suriah, kekuatan Bashar memang
nyaris lumpuh, tetapi dengan bantuan Rusia dan Amerika, Bashar masih
bisa melancarkan gempuran ke kota-kota di Suriah melalui jet tempur,
yang kemungkinan besar adalah milik Rusia dan Amerika. Sebab, sebagian besar pangkalan militer dan jet tempur Assad telah berpindah tangan ke pejuang Islam. Sisa-sisa geng Assad, Shabihah, yang memang dikenal sebagai penyembah Assad, juga masih ada di Suriah, dan siap mati untuk Assad.
Di sisi lain, Mesir dengan Mursi-nya
(Ikhwan-Sunni) bersama Iran dengan Ahmadinejad-nya (Syiah Itsna
‘Asyariyyah) telah menjalankan agenda Amerika untuk mematangkan Oposisi
bentukan Amerika, yang dipimpin oleh aktivis Ikhwanul Muslimin, Ma’adz
al-Khathib melalui Konferensi Kaero beberapa waktu lalu.
Amerika juga tidak kehilangan akal untuk
mengawetkan kekuasaan Assad, terakhir melalui anjing pudel Iran, Hassan
Nasrullah dengan Hizbullah-nya (Syiah Itsna ‘Asyariyyah) di Libanon. Dengan
klaim, bahwa di Aleppo ada 4 desa Yahudi, maka Hassan Nasrullah
bersumpah akan mengerahkan milisi Hizbullah untuk menggempur wilayah
tersebut. Perlu dicatat, ini hanyalah dalih, agar masuknya milisi Hizbullah ke wilayah Suriah tampak masuk akal. Setelah sebelumnya keberadaan milisi ini bersama Garda Republik Iran di sana untuk mendukung Assad terbongkar. Jadi, pernyataan anjing pudel Iran ini hanya akal-akalan. Ini juga tidak terlepas dari skenario Amerika.
Tidak mau kalah dengan Mesir, Iran dan
anjing pudelnya, Maliki (Sunni-Sekular) yang juga antek Amerika di Irak,
minggu lalu telah mengirimkan panser dan telah memasuki wilayah Suriah. Semuanya
ini bagian dari skenario yang dimainkan Amerika untuk mengawetkan
kekuasaan Assad, yang sesungguhnya sudah habis, di satu sisi, sambil
buying time sampai Oposisi buatannya benar-benar siap dan bisa diterima
oleh rakyat Suriah.
Strategi bumi hangus di Suriah ditempuh
oleh Amerika sebagai tekanan kepada rakyat Suriah, agar mereka menyerah
dan mau menerima solusi yang ditawarkan oleh Amerika melalui
antek-anteknya, baik Oposisi buatan pimpinan Ma’adz al-Khathib, maupun
Utusan Khusus PBB, Lakhdar Brahimi. Tekanan dilakukan oleh Amerika tidak hanya sampai di situ.
Amerika juga menggunakan Turki untuk melakukan hal yang sama, dengan format yang agak berbeda. Turki
diminta Amerika untuk membuka wilayahnya, agar para pengungsi bisa
mengungsi di wilayahnya, tetapi mereka sengaja dibiarkan hidup
terlunta-lunta. Tidak ada akses makanan, obat-obatan dan logistik yang memadai.Terlebih
saat musim dingin seperti saat ini. Banyak di antara mereka yang
terserang penyakit dan sakit, bahkan sampai meninggal dunia. Kondisi ini jelas diciptakan untuk menekan para pejuang agar mereka mau tunduk pada kemauan Amerika.
Ini semua merupakan skenario Amerika
dengan menggunakan antek-anteknya, dari kalangan umat Islam sendiri,
baik Sunni maupun Syiah, baik yang Islamis seperti Ikhwan, PK maupun
yang Sekular. Tidak
hanya itu, Amerika juga menghalangi setiap upaya damai untuk mendukung
Revolusi Suriah yang dilakukan di luar wilayah Suriah, seperti di
Libanon. Bahkan, di Turki, aktivis Hizbut Tahrir Turki telah dipenjarakan dan divonis lebih dari 100 tahun penjara.
Satu Umat, Satu Bendera dan Satu Peperangan
Umat Islam di Suriah benar-benar menghadapi situasi sulit, meski berbagai kemenangan dan kemajuan telah berhasil mereka capai. Karena konspirasi Amerika, Rusia, Cina dan Inggeris di kawasan tersebut. Namun, skenario Amerika ini tidak akan bisa terwujud, kalau tidak ada kaki tangan Amerika dan Inggeris yang menjalankannya. Amerika,
Rusia, Cina dan Inggeris, meski berbeda kepentingan, tetapi ketika
mereka menghadapi umat Islam, terlebih ketika mereka bercita-cita
menegakkan syariah dan Khilafah, maka mereka pun kompak.
Karena itu, kampanye “Satu Umat, Satu
Bendera dan Satu Peperangan” yang mereka suarakan Jum’at lalu
(22/2/2013) sudah seharusnya mendapat sambutan dan dukungan dari seluruh
kaum Muslim di dunia. Posisi
para pejuang Islam dan umat Islam di Suriah, saat ini, persis seperti
ketika pasukan kaum Muslim di bawah kepemimpinan Nabi saw menghadapi
Pasukan Koalisi, pada Perang Khandak.
Setidaknya, dukungan itu diwujudkan
dengan menggugah kesadaran umat tentang apa yang sesungguhnya saat ini
sedang terjadi di Suriah. Bahwa ini bukan perang antara Syiah dan Sunni, tetapi ini adalah peperangan antara Islam dengan kekufuran.Antara
Islam yang diwakili para pejuang Islam, dengan kekufuran yang diwakili
Assad, Amerika, Rusia, Inggeris, Cina dan antek-anteknya.
Bahwa Revolusi Suriah di Syam ini adalah
Revolusi Islam yang bertujuan untuk menegakkan Khilafah dan menerapkan
syariah secara kaffah. Fajar Khilafah itu pun kini hampir tiba, karena itu kaum Kafir dengan seluruh bala tentaranya tidak rela.Mereka pun berusaha siang dan malam untuk menggagalkan lahirnya janin Khilafah itu ke dunia.
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya
(agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak
menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang
Kafir tidak menyukai.” (Q.s. at-Taubah [09]: 32).
Begitulah janji Allah. Janji itu pun pasti. Semoga Allah, mencatat amal kita semua, dan meringankan hisab kita, saat kita dipersaksikan Nabi di hadapan Allah. Wallahu a’lam.[www.globalmuslim.web.id]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar